Sabtu, 24 Juni 2023

Budidaya Ternak Babi

Budidaya ternak babi  haruslah  memperhatikan aspek lingkungan. Peternak babi diarahkan untuk menjaga lingkungan sekitar mereka, dengan tidak membiarkan babi berkeliaran mencari makan sendiri yang dapat menyebabkan pencemaran udara akibat kotoran ternak dan merusak tanaman orang lain, serta berpotensi menimbulkan keributan. Oleh karena itu, dalam hal ramah lingkungan, peternak babi harus memperhatikan kondisi kandang dan sistem pembuangan kotoran babi, seperti dengan menggunakan kolam penampungan kotoran babi atau septiktank.

peternakan babi


Kotoran babi dapat digunakan sebagai pupuk organik dan/atau biogas. Dengan budidaya ternak babi ramah lingkungan, peternak dapat meningkatkan populasi ternak babi tanpa mengganggu lingkungan sekitarnya.

Di sisi lain, budidaya ternak babi dapat memberikan keuntungan ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Sebagai ternak potong, babi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ternak potong lainnya, antara lain:


  1. Produktivitas tinggi, karena seekor babi dapat melahirkan 7-12 ekor anak, dan satu induk dapat melahirkan dua kali dalam setahun.
  2.  Konversi pakan yang efisien, di mana semua bahan pakan dapat diubah menjadi daging dan lemak dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Rata-rata, untuk membentuk 1 kg daging, diperlukan 3,5 kg pakan.
  3. Persentase karkas babi yang tinggi, mencapai 65-80% dibandingkan dengan sapi (50-60%) atau kambing (45-55%).
  4. Kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan pakan, seperti pakan sisa, limbah pertanian, dan agroindustri.


A. Jenis-jenis Ternak Babi

1. Jenis Babi Lokal di Indonesia

Babi lokal umumnya dipelihara secara turun temurun oleh masyarakat, dan berasal dari babi hutan atau melalui persilangan dengan jenis babi lainnya. Beberapa jenis babi lokal antara lain:

a. Babi Sumba
Jenis babi ini memiliki ciri berwarna hitam (kadang-kadang cenderung merah kehitaman), memiliki bentuk fisik mirip dengan babi hutan, badan sedang pendek namun dalam, kepala panjang, moncong lancip, telinga kecil dan berdiri. Jika dipelihara dengan baik, dapat mencapai berat 70-80 kg pada usia 10 bulan.

b. Babi Bali
 

babi bali

Jenis babi ini berwarna hitam dengan bagian perut, dada, dan kadang-kadang ujung ekor berwarna putih. Bentuk tubuhnya kecil, beratnya sekitar 60 kg saat dewasa dan dapat mencapai 90 kg ketika sudah tua. Memiliki kepala kecil, panjang sedang, badan sedang, perut dalam, dan telinga kecil yang berdiri.

c. Babi Krawang
Jenis babi ini merupakan jenis yang dibawa dari Tiongkok. Ciri-cirinya : kepala kecil, telinga pendek berdiri tegak, tulang belakang lemah dan agak panjang, perut hamper menyusur ke tanah, kaki pendek, warnai belang, atas hitam dan bagian bawah putih.

d. Babi Nias
Jenis babi ini masih dekat hubungan dengan babi liar. Badannya sedang, ukuran kepalanya lebih pendek dari babi Sumba. Telinganya tegak,kecil, mulutnya runcing, bulunya agak tebal, terutama pada leher dan bahu sedang babi ini berwarna putih atau belang hitam.

babi nias

Karakteristik babi lokal dari pulau Nias ini, sbb :

  • Liar dan Agresif;
  • Ukuran Kepala Pendek;
  • Telinga Kecil dan Tegak;
  • Mulut/Cungur Panjang Dan Runcing;
  • Punggung agak datar sampai sedikit Melengkung;
  • Perut Besar dan Turun;
  • Bulu Tebal dan Kasar terdapat pada Leher dan diatas Bahu (Pundak);
  • Babi Nias ada berwarna Putih dan berwarna Hitam bahkan Coklat;
  • Tinggi Badan 40 - 65 cm;
  • Panjang Badan 60 - 90 cm;
  • Lingkar Dada 62 - 94 cm;
  • Panjang Ekor 20 - 25 cm;
  • Berat Badan 25 - 50 kg;
  • Rata-Rata Banyaknya Anak 2 - 6 ekor/kelahiran;
  • Jumlah Puting Susu 4 - 6;
  • Sifat agresif;


e. Babi Lokal Batak

babi batak
Babi ini memiliki ciri-ciri:tinggi pundak 54-51 cm, panjang 71-95 cm. Telinga tengah warna rata-rata hitam walaupun ada warna bercak-bercak putih. Bulu pada bagian bahu dan leher agak tebal. Rata-rata putting susu 10.

f. Babi Tana Toraja
 

babi toraja

Jenis babi ini tergolong Babi kecil (minipig). Tinggi pundak 45 cm, panjang 71 cm. Warna hitam putih dan ada yang hitam semua.


2. Jenis Babi Luar Negeri

a. Babi VDL ( Veredeld Duits Landvarken)
Babi VDL ( Veredeld Duits Landvarken) merupakan jenis babi unggul dari Jerman yang mempunyai ciri-ciri kepala besar agak panjang, telinga besar panjang setengah menggantung ke muka sejajar kepala, tulang belakang panjang lebar hampir bulat, badan besar daging banyak.

b. Yorkshire (Large White)

Yorkshire (Large White) berasal dari Inggris yang ditandai dengan kepala/muka berbentuk seperti mangkuk, telinga tegak, badan besar panjang dalam dan halus, warna seluruh tubuh putih, bersifat sebagai induk yang baik dan air susunya banyak.

c. Tamworth
Tamworth adalah penghasil daging yang bermutu tinggi yang berasal dari Inggris (kota Tamworth), memiliki ciri kepala lebar yaitu jarak antara telinga lebar sedangkan bagian bawah runcing, moncong agak panjang lurus, telinga tegak dan sedang, tulang belakang kuat, tubuh besar, kaki sedikit panjang, warna merah tua atau kecoklatan.

d. Saddle Back
Saddle Back merupakan babi unggul yang berasal dari Inggris, ditandai dengan kepala sedang halus, telinga tegak, rahang rata, punggung berbentuk busur, warna hitam tetapi bagian bahunya berwarna putih sampai pada kaki.

e. Babi Landrace
The Danish Landrace, Danish: Hvid Dansk Landrace, adalah jenis babi Denmark. Berukuran sedang hingga besar, berwarna putih dengan tubuh panjang, rambut halus, moncong panjang, dan telinga terkulai berat. Ada dua varietas yang berbeda, putih dan piebald.

Babi Landrace

Landrace  memiliki ciri-ciri tubuh panjang besar dan dalam, kepala kecil agak panjang, telinga terkulai rebah ke depan, warna putih dengan bulu halus.


B. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN BABI

1. Kandang

  • Lokasi kandang sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan seperti bau dan penyebaran bibit penyakit.
  • Kandang yang sempurna memerlukan perlengkapan-perlengkapan yaitu: tempat makan dan minum, bak air, bak penampungan kotoran, dan pintu kandang.
  • Syarat Kandang yang Baik:
    • Cukup mendapatkan sinar matahari, bersih, dan kering.
    • Ventilasi yang baik.
    • Drainase di dalam atau di luar kandang harus baik.
    • Dalam satu kandang, babi harus sejenis dan seragam.
  • Jenis kandang babi
Menurut konstruksinya, kandang babi dibedakan menjadi 2 jenis:
    • Kandang tunggal: Bangunan kandang yang dibangun untuk satu ternak. Ukurannya sebagai berikut: Tinggi depan 2,5 m, bangunan belakang 2 m, Panjang 2 m ditambah halaman pengumbaran yang terletak di belakang sepanjang 4 m dan lebar 3 m.
    • Kandang ganda: Kandang yang dibangun untuk banyak ternak, terdiri dari dua baris yang letaknya saling berhadapan atau bertolak belakang. Ukuran kandang untuk berat babi + 35-80 Kg adalah 1m2.
  • Luas kandang babi:
    • Kandang beranak: Panjang 2,5 meter, lebar 1,5 meter.
    • Kandang Pejantan: 3 x 2 meter.
    • Kandang anak babi umur sampai 1 tahun: 1 x 1 meter untuk tiap ekor.


2. Memilih bibit

a. Babi Induk betina, dengan ciri-ciri umum:

  1. Kepala sedang, rahang kecil.
  2. Tubuh panjang, bahu lebar dalam, sampai ke punggung dan agak membusur.
  3. Kaki kuat lurus, bisa berdiri tegak di keempat kaki.
  4. Ekor melingkar, sehingga tidak mengganggu perkawinan.
  5. Tumit kuat, kuku lengkap, bersih, simetris.
  6. Ambing besar.
  7. Putting susu cukup banyak dan genap (12-14 buah).
  8. sehat dan kuat.
  9. Perut besar lemah bila dipegang terasa halus.


b. Babi  Pejantan

  1. Babi pejantan yang berkualitas memiliki ciri-ciri umum:
  2. Bersemangat, agresif/aktif terhadap betina.
  3. Mata lebar, waspada.
  4. Kepala ringan.
  5. Bahu lebar rata, punggung sedikit melengkung.
  6. Ekor melingkar, menunjukkan babi sehat.
  7. Testis besar, sama dan simetris.
  8. Kaki kuat berdiri tegak di keempat kaki.
  9. Kuku lengkap
  10. Kuku lengkap, bersih, tumit kuat
  11. Sehat dan kuat
  12. Mampu kawin betina 2-3 ekor/hari dan mampu kawin 3 kali per minggu.


3. Masa Kawin / Birahi Babi

Pada umur 5-6 bulan ternak umumnya mulai dewasa kelamin. Fase ini disebuut babi dara. Namun dewasa tubuh pada umur 10-12 bulan. Dengan kata lain babi dara baru kawin umur 8-10 bulan dengan bobot badan 100 kg, sehingga saat lahir berumur 12 bulan atau saat kedewasaan induk telah tercapai.


Lama birahi berlangsung 1 - 5 hari atau rata-rata 2 -3 hari, apabila babi tidak bunting, gejala birahi terulang setiap 21 hari.

a. Tanda-tanda birahi.

  • Babi Nampak gelisah, berteriak-teriak
  • Kemaluan bengkak, pada vulva Nampak merah
  • Selalu mencoba menaiki temannya, atau ingin keluar dari kandang.
  • Bila pada punggungnya diberi beban atau dipegang diam saja
  • Dan dari kemaluan sering keluar lendir.

b. Waktu yang tepat dikawinkan 

Masa birahi pagi hari sampai jam 10.00 pagi, sebaiknya dikawinkan pada hari itu juga, dengan kisaran malam hari sampai pagi jam 10.00

c. Cara mengawinkan
Babi darah masa birahinya lebih pendek dari babi yang pernah beranak, maka babi dikawinkan pada birahi hari pertama. Sedang sistim kawin dapat secara alam dan inseminasi buatan. Dimana babi pejantan dimasukkan ke kandang induk betina. Induk babi setelah menyapih anaknya, akan birahi kembali 3-10 hari, pada saat itu induk dapat dikawinkan kembali yakni: hari kedua setelah birahi nampak.

4. Pemeliharaan

a. Induk bunting.
Masa bunting dimulai pada saat terjadinya pembuahan hingga saat kelahiran, lama bunting berkisar 112-115 hari, yakni rata-rata 114 hari (3 bulan, 3 minggu, 3 hari). Induk bunting harus dirawat agar badan kuat saat melahirkan dan anak yang dikandung sehat. Saat bunting tua induk hendaknya diberi kesempatan banyak bergerak agar peredaran darahnya lancar seminggu sebelum beranak, induk yang akan beranak harus ditempatkan dikandang tersendiri.
Tanda-tanda induk melahirkan, antara lain:

  1. Perutnya sangat turun,
  2. Vulva merah dan membesar (36 jam sebelum melahirkan),
  3. Nafsu makan berkurang dan sangat gelisah,
  4. Sering mengumpulkan sarang, dan
  5. Kaki sering dientak-entakan dan kerap kencing.


b. Induk melahirkan
Kelahiran induk biasanya berlangsung selama 1-12 jam. Setelah melahirkan induk diistirahatkan untuk mencegah rahim ikut keluar. Setelah itu plasenta jangan sampai termakan induk yang mengakibatkan gangguan diperut dan usus dan dapat mengakibatkan kanibalisme (sifat induk makan anaknya).

c. Anak babi
Anak babi yang baru lahir, hendaknya selaput lender yang menutupi hidung dan mulutnya dibersihkan agar cepat bernafas. Tali pusat hendaknya dibiarkan putus sendiri, kalaupun diputuskan tinggalkan 2,5 cm dan diberi yodium tentur 7%. Setelah anak lahir lansung menyusui induknya. Anak babi yang kuat akan mendapat putting susu yang paling baik. Oleh karena itu jumlah anak yang dilahirkan sesuai dengan jumlah putting susu induknya.

d. Pejantan
Dalam pemeliharaan pejantan, pemberian pakan sangat diperhatikan. Dimaksudkan agar pejantan dalam kondisi tubuh yang baik dalam perkawainan. Kegemukan dan kurangnya pergerakan dapat mengurangi nafsu kawin (libido) pejantan, oleh karena itu pemberian pakan bentuk butiran atau pakan campuran lain selalu diikuti pakan hijauan di lapangan.

5. Penanganan Limbah Kotoran Babi

Beberapa alternatif penanganan limbah kotoran dari beternak babi, di antaranya:

  • Mengumpulkan kotoran dari setiap babi, mengeringkan dan dibuat kompos
  • Menampung kotoran babi didalam kolam penampungan (septictank) dapat dibuat bio gas dan atau setelah penuh penutup kolam dibuka di keringkan dan dibuat pupuk buatan (sistim bokasi), dan
  • Mengalirkan limbah kotoran ke dalam kolam penampungan bertingkat dengan perpaduan tanaman air dan pemeliharaan ikan.


D. PAKAN TERNAK BABI

Pakan dan cara pemberian sangat diperhatikan kandung gizinya harus memenuhi syarat sebagai pakan dan jumlah pemberian disesuaikan dengan kebutuhan ternak berdasarkan fase pertumbuhan (starter, grower), fattening, laktasi.
1. Pemberian Pakan

a. Pakan utama babi adalah pakan konsentrat yang terdiri dari jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung tulang, dan vitamin. Selain itu, juga diberikan hijauan seperti rumput, daun singkong, atau daun kelor.

b. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi babi berdasarkan usia dan kondisi tubuh. Pada fase pertumbuhan, pemberian pakan harus diberikan secara bertahap dan terjadwal.

c. Pastikan ketersediaan air bersih yang cukup di dalam kandang. Babi membutuhkan air untuk minum dan menjaga kesehatan tubuhnya.


E. Kesehatan dan Kebersihan

    a. Vaksinasi babi

 Melakukan vaksinasi rutin untuk mencegah penyakit yang umum menyerang babi, seperti penyakit hog cholera dan penyakit kelompok E. Konsultasikan dengan dokter hewan mengenai jadwal dan jenis vaksin yang diperlukan.

b. Pengendalian penyakit babi

Lakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit yang mungkin menyerang ternak babi, seperti menjaga kebersihan kandang, karantina untuk babi baru, dan menghindari kontak dengan babi liar. 

Penyakit babi ada beberapa, dimana hanya disampaikan jenis penyakit yang sangat menonjol.

  • Taeniasis/Sistiserkosis (Penyakit Cacing Pita). Taeniasis adalah penyakit parasite pada orang dalam bentuk sistiserkus (larva) yang tinggal pada jaringan/otot, jantung, lidah diagpragma, paru-paru, mata, otak bahkan dapat terinfeksi pada seluruh jaringan tubuh. Tanda-tanda klinis pada ternak babi, sulit diketahui secara pasti tetapi dapat dilihat dari gejala ringan hingga berat, seperti kelemahan umum, hilangnya penglihatan, kadang ditemui kejang-kejang, dalam perabahan ditemukan adalah biji dibawah kulit pada kaki depan dan belakang, kadang mata babi membengkak dibagian leher. Pencegahan dengan memasak daging babi secara matang dan menjaga sanitasi dan higienis dalam beternak babi.
  • Hog Cholera. Ini adalah  penyakit babi yang sangat menular, disebabkan virus, ditandai dengan perdarahan umum dan biasanya berjalan akut tetapi dapat menjadi kronik. Hog cholera ditularkan melalui kontak langsung antara babi sakit dan sehat . Penyebaran sangat cepat melalui babi sakit ke daerah lain.Dapat menular pada manusia. Gejala penyakit, babi Nampak lesu dan berbulu kusam, berkerumun di suatu sudut seperti kedinginan, sering terjadi muntah, dari mata keluar kotoran bersifat mukopurulenta dan diare.


c. Perawatan sanitasi

Pastikan kandang dan peralatan pemeliharaan babi tetap bersih dan bebas dari kotoran yang menumpuk. Bersihkan kandang secara rutin, termasuk tempat makan dan minum, untuk mencegah perkembangan bakteri dan penyakit.

d. Observasi dan pemantauan

Perhatikan tanda-tanda penyakit pada babi, seperti penurunan nafsu makan, kelesuan, diare, atau perubahan perilaku. Segera konsultasikan dengan dokter hewan jika ada gejala yang mencurigakan.

F. Manajemen reproduksi

    a. Penjodohan: Pilih pejantan yang sehat dan memiliki sifat reproduksi yang baik untuk dikawinkan dengan betina. Pastikan proses penjodohan dilakukan dengan hati-hati dan diawasi oleh peternak atau dokter hewan.

b. Siklus reproduksi: Pahami siklus reproduksi babi, termasuk masa estrus (birahi) pada betina dan masa kematangan reproduksi pada pejantan. Dengan pemahaman ini, pengaturan waktu penjodohan dapat dilakukan secara efektif.

c. Pemisahan betina beranak: Setelah melahirkan, pisahkan betina dengan anak-anaknya untuk mencegah kehamilan berulang yang terlalu cepat. Berikan perawatan khusus pada anak babi yang baru lahir agar mereka tumbuh sehat.

BACA JUGA:
Mesin Perebus dan Pencuci Kulit
Alat Pemingsan Babi - Pork Stunning - Model Jepit

 Penutup

Dalam artikel ini, telah dibahas beberapa poin penting mengenai tatalaksana pemeliharaan ternak babi. Pemeliharaan babi yang baik dan efektif memerlukan perhatian terhadap aspek-aspek seperti manajemen kandang, nutrisi, kesehatan, dan reproduksi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan peternak dapat mencapai hasil yang optimal dalam usaha pemeliharaan babi mereka.

Selain itu, perlu diingat bahwa pemeliharaan ternak babi juga harus dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan hewan. Menjaga kebersihan kandang, penggunaan pakan yang seimbang, serta penanganan yang baik terhadap babi adalah langkah-langkah penting dalam menjaga kesehatan hewan dan mencegah penyebaran penyakit.

Sebagai penutup, pemeliharaan ternak babi membutuhkan dedikasi, pengetahuan, dan upaya yang konsisten. Dengan mengikuti pedoman dan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan dalam artikel ini, diharapkan peternak dapat mencapai keberhasilan dalam usaha pemeliharaan babi mereka. Selalu konsultasikan dengan dokter hewan atau ahli peternakan untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik dan sesuai dengan kondisi setempat. Semoga artikel ini bermanfaat bagi para peternak babi dalam menjalankan usaha mereka dengan sukses dan berkelanjutan.
 


Admin